A review by blackferrum
Six Crimson Cranes by Elizabeth Lim

adventurous emotional funny informative inspiring lighthearted reflective relaxing tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

4.0

Pertama mau ngucapin banyak terima kasih ke Rakata atas program ORASI selama bulan Desember ini. Waktu pilih buku mana yang mau dibaca, aku langsung kasih suara buat buku ini karena “kupikir” bukunya stand alone. Yep, emang kurang riset banget ini anaknya padahal di X seliweran buku ini direkomendasikan, tapi kenapa bisa kelepasan kalau ada buku keduanya. WHY?! Sekarang aku harus sabar nunggu buku keduanya diterjemahin.

Waktu pertama rilis, di bagian blub buku ditulis kalau Shiori dan keenam kakaknya kena kutukan. Dia nggak bisa ngomong, tepatnya nggak boleh karena kalau ada suara yang keluar, kakak-kakaknya bisa mati. Long story short, habis dikutuk, Shiori kepisah dari keenam kakaknya. Dia nggak tahu harus cari kakaknya mulai dari mana dan harus gimana. Yah, dia selama ini hidup di istana, apa-apa sudah tersedia, tapi begitu ada di dunia luar, dia bingung harus bersikap seperti apa dan harus ngapain agar dapat uang biar bisa makan. Akhirnya, dia nyolong dan berakhir jadi budak pemilik penginapan. Dari situ kehidupan Shiori jadi berbeda, dia berusaha keluar dari penginapan dan mencari kakak-kakaknya. Oh, iya, kakak-kakaknya ini dikutuk jadi bangau.

Aku suka dengan cara penulis masukin deskripsi tempat atau world building-nya tanpa bikin pembaca kebosanan. Malah nggak dijelasin menurutku. Gatal kepengin bolak-balik cek peta yang ada di awal buku, tapi nggak bisa (aplikasinya kurang gercep buat ini hehe). Dianggapnya kayak pembaca udah pasti hafal lah sama latar tempatnya. Nama-nama tempatnya juga nggak familiar (ya iyalah, kan fiksi, May -_-), mungkin pakai bahasa Cina (?) idk, karena begitu baca ini rasanya kayak lagi nonton drama Korea yang Joseon era gitu, ada beberapa yang hampir sama; kebiasaan, makanan, dll.

Karakterisasi Shiori konsisten sampai akhir. Dia keras kepala banget, tapi dalam artian baik dan itu yang bikin dia nggak takut buat menantang bahaya. Yah, beberapa bagian kupikir agak nekat sih, dia, tapi seandainya dia langsung menyerah atau takut lah minimal, kayaknya alurnya nggak akan jalan wkwkwk.

Nggak banyak tahu soal elemen fantasi, sih, tapi buku ini cukup menyenangkan. Setidaknya nggak bikin senewen karena kebanyakan deskripsi nggak perlu, alih-alih cukup ditunjukkan dengan dialog antarkarakter atau pakai cara lain yang nggak bikin pembaca bosan. Oh ya, terjemahannya luwes, cuma memang beberapa kata ada yang jarang digunakan (bukannya nggak pernah, ya), jadi terkesan masih asing dan baru.

Nggak sabar baca buku keduanya!!!

Expand filter menu Content Warnings