A review by yuliyono
How to Ruin a Summer Vacation by Simone Elkeles

4.0

Romantis dan relijius

Judul: How to Ruin a Summer Vacation (How to Ruin #1)
Pengarang: Simone Elkeles
Editor: Andrew Karre
Penerbit: -
Tebal: 234 hlm (ebook)
Terjemahan: --belum tersedia--

Summary:
Aku, Amy Nelson, harus terjebak pada pengaturan orangtuaku, Nelson dan Ron Barak. Oh, harus kutegaskan, orangtuaku nggak pernah menikah. Mereka hanyalah pasangan one-night stand yang akhirnya membuatku lahir ke dunia ini. Oh, kau menyebutku anak haram? Nggak masalah, aku sudah tahu jauh sebelum kau bilang begitu. Yang menjadi masalah sekarang adalah Mom yang memaksaku ikut perjalanan ayah biologisku ke tanah kelahirannya. Kau mau menebak di mana tanah kelahiran ayahku ---eh, ayah biologis, maksudku? Inggris? Iran? Irlandia? Atau Irak? Hmm, semua pilihan salah. Yang benar adalah...Israel. Oh, kau mengernyit begitu. Kau tak salah dengar. Aku memang dipaksa untuk ikut ayah bilogisku ke ISRAEL. Negeri kecil kontroversial yang selalu diberitakan terus berperang. Coba, apa lagi yang bisa mengacaukan liburan musim panasmu selain berlibur ke negara yang sewaktu-waktu bisa terjadi pengeboman?

Simone Elkeles kukenal secara maya ketika novelnya, Perfect Chemistry, ramai dibicarakan teman-teman Goodreads Indonesia beberapa waktu belakangan. Kebetulan novel itu baru saja diterjemahkan oleh salah satu member aktif GRI yang juga telah menerjemahkan Iron King. Aku suka terjemahannya. Aku berencana membaca Perfect Chemistry yang versi terjemahannya saja.

Nah, sebagai persiapan aku mencoba membaca seri How to Ruin karya Simone ini. Dan, ya ampun, rasa-rasanya sudah lama sekali aku nggak bisa ngikik sebegini gelinya membaca sebuah cerita romansa remaja (teen lit a.k.a. young adult). Karakternya sungguh bikin gemas. Amy, bukan sosok gadis manis nan feminin super girly yang too good to be true. Dia adalah sosok emosional, drama queen sejati, selalu mengeluh soal ukuran buah dadanya yang luar biasa besar, manja, dan terkadang super bossy. Tapi, ya, memang begitulah gambaran seorang gadis popular kebanyakan, kan? Amy termasuk salah seorang gadis popular di sekolahnya.

Dan, Simone secara meyakinkan mampu membuatku percaya bahwa Amy bukanlah batu yang selamanya akan terus mengeras. Dia bisa berubah. Simone memberikan petualangan penuh liku yang rasional untuk mengubah kepribadian seorang Amy. Perjalanannya ke Israel yang awalnya terpaksa justru membukakan pintu hatinya atas sesuatu yang selama ini hilang dari dirinya. Di Israel ia tidak hanya menemukan sosok Avi, cowok yang membuat hatinya meleleh, namun juga memberinya pengalaman relijius akan agama leluhurnya.

Alurnya berjalan penuh kejutan. Memang sih, aku sudah bisa menduga bakal ada letupan asmara di antara Amy dan Avi, namun yang masih membuatku surprise adalah remah-remah konflik yang disajikan oleh Simone. Tentang sejarah dan budaya Yahudi, tentang keindahan alam Israel, tentang keluarga ayah biologisnya, sampai dengan kisah tentang persahabatan yang dibumbui rivalitas khas remaja. Sungguh, aku ikut gelisah menantikan bagaimana perjalanan musim panas Amy akan diakhiri. Oh yeah, aku tahu ini adalah serial, jadi kesan to be continued di akhir halamannya pun tak membuatku resah. Justru memotivasiku untuk segera membaca kelanjutannya. Adiktif banget, pokoknya.

Selamat membaca, kawan!