A review by aliferuz
Dancing at the Pity Party by Tyler Feder

4.0

I had a hard time finishing this book because personally it hurts so bad. I'm losing my beloved grandma to cancer, my aunt and my close friend also passed away because of her illness.

Selama membaca buku ini, aku ingin memberikan pelukan kepada Tyler karena sudah sekuat dan sejujur itu untuk menceritakan mendiang mamanya. Cara dia menggambarkan kehilangan seseorang yang sudah meninggal benar-benar akurat. Aku sendiri bahkan perlu waktu beberapa hari untuk kembali melanjutkan buku ini saat aku sampai di bagian mamanya meninggal. Because it brings so many unpleasant memories. Darinya, lagi-lagi aku menyadari bahwa luka akibat orang tercinta kita meninggal itu tidak pernah bisa sembuh.

Ada satu kalimat yang aku bisa relate dengan Tyler. Kalimat yang kebanyakan akan muncul di benak kita kalau ada orang terdekat yang sakit parah.

“It's weird to be waiting for someone to die. After a while, it starts to feel like you're rooting for death, just so the whole dying process can finally end.”


I cried right then and there.

Selain menyuguhkan hal yang menyedihkan, buku ini juga ditulis dengan niatan ingin mengenang mama dengan hal-hal yang menyenangkan. Setidaknya kesan itu yang aku dapatkan. Ditambah deskripsi sang mama yang menunjukkan kalau dia orang yang easy-going funny and cool, membuatku jadi sedikit terhibur.

Tapi, kehilangan tetaplah kehilangan. Perasaan yang amat kompleks. Kadang kita merasa biasa saja, kadang kita overwhelmed. Terutama saat menghadapi orang lain yang berbela sungkawa kepada kita. Aku yakin perasaan tidak karuan, tidak stabil, bahkan kesal pun akan muncul dalam diri kita. Membaca ini juga membuatku berpikir keras kalau kita yang mengucapkan bela sungkawa, tindakan bagaimana yang tepat, yang sekiranya bisa diterima oleh orang yang berduka.

Yang aku kurang suka dari buku ini, ada beberapa bagian yang terbilang repetitif. Misalnya, tentang kegiatan apa yang bisa menghibur diri. Berasa hampir setiap bab ada bagian itu.