Reviews

Gates of Rome by Alex Scarrow

stephv07's review

Go to review page

adventurous lighthearted mysterious tense medium-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? It's complicated
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? It's complicated

3.25

stratisvougioukas's review against another edition

Go to review page

5.0

Ρε μπαγάσα Scarrow ... ΠΑΡΕ 5 ... ξανά !!! Ανυπόφορα καλό !!!

jbwrites's review

Go to review page

5.0

This is one of my favorites in the series. Not only is a lot going with timeriders backstory, but I find the subject of the mad emperor caligula to be quite interesting. Without saying too much, I like the fact all the timeriders are in this one together. Which I think the series needed for once. I found much more of a connection to secondary characters in this novel. I'd love to this on Netflix!

I'm always torn between reading the next TR straight after the last or giving it a break! Anyway, until next time!

emma_m's review

Go to review page

3.0

I think I am starting to out grow this series, but still thoroughly enjoyed it. This book was slightly darker than the previous ones and I am excited as to where the series is heading.

iraboklover's review

Go to review page

5.0


Dia menyadari bahwa bukan pengetahuan ataupun kebijaksanaan yang membuat seseorang menjadi pemimpin. Bukan kepintaran yang melebihi semua orang lain. Karena, demi Tuhan, dia pasti mampu melampaui kecerdasan hampir semua orang bodoh ini. Tidak, kuncinya terletak pada pembawaan suara dalam yang konstan dan cara berbicara kepada orang-orang yang berkumpul. Cara membawakan diri. Wibawa. Kewenangan. Stilson jelas memiliki semua itu, sementara Rashim tidak.

(Gates of Rome, hlm. 80)


Kutipan yang sering terdengar sejak saya kuliah sampai sekarang. Tapi yang ini disuarakan oleh si orang pintar. Dan saya setuju. Lebih terdengar masuk akal dan terdengar lebih menyenangkan bagi pihak si pintar. Walaupun dalam buku ini, saya rasa kedua pihak sama-sama kalah. Yang berotak cemerlang sok menjadi pemimpin dan yang berbakat menjadi pemimpin sok pintar.

Di buku sebelumnya, petualangan tim penjelajah waktu kita sedikit berbeda. Mereka berada di waktu yang sama, namun terpisah oleh jarak yang seandainya tidak terhantam gelombang waktu, tidak akan menjadi masalah.

Di buku ini, petualangan mereka kembali menemui masalah baru. Liam dan Bob yang sedang berada di Roma jaman dulu terkaget-kaget saat mendapati Maddy dan Liam yang melompat dari jendela waktu.

Nah lo, oke lah dengan Sal yang sudah sering ikut Liam, tapi Maddy? Kalau Maddy juga ikut ke masa lalu, siapa yang menjaga markas? Yang lebih penting lagi, siapa nanti yang akan membuka jendela waktu? Karena kalau tidak ada jendela, mereka semua tidak bisa pulang.

Oke singkirkan dulu sebentar masalah bagaimana caranya pulang. Sementara ini, para penjelajah waktu kita harus menghadapi masalah yang lebih mendesak. Mereka harus bertahan hidup di Roma, di jaman kaisar Caligula. Siapa itu kaisar Caligula saya juga tidak tahu. Yang pasti kata ahli sejarah yang ada di buku ini, kaisar Caligula itu agak sedikit...eh...gila. *sungkem sama kaisar*.

Membaca petualangan Liam dan kawan-kawan di sini, sedikit mengingatkan saya dengan petualangan Percy Jackson di The Son of Neptune karya Rick Riordan. Di cerita ini, ada prajurit-prajurit Romawi yang ada centurion-centurion nya itu.Sama kayak di Perkemahan Jupiter.

Hanya saja, kalau cerita dipetualangan Percy, prajurit-prajurit tersebut terkesan menyenangkan, sedangkan di cerita Liam, terkesan suram. Ya iyalah ya, soalnya dalam kisah Liam, para prajurit ini benar-benar ada di Roma dan sedang perang sungguhan ala Roma tempo dulu.

Kesamaannya hanya satu, mereka sama-sama dilingkupi dengan suasana pengkhianatan.

Seperti biasa, petualangan di buku ini sangat menegangkan. Saya rasa, buku ini lebih seru daripada buku yang keempat. Walaupun menurut saya masih kalah dengan buku kedua dan ketiganya yang sampai saat ini masih menjadi favorit saya.

Alurnya cepat, tapi berkebalikan dengan itu, misteri yang menyelubungi asal-usul TimeRiders sendiri berjalan dengan sangat lambat. Sampai buku kelima, saya masih hanya bisa menebak-nebak, siapa sebenarnya TimeRiders dan apa yang bakalan (atau sudah) terjadi dengan mereka.

Oke, kembali ke persoalan bagaimana cara mereka pulang. Kenapa Maddy dan Sal tiba-tiba memutuskan untuk mengikuti Liam ke Roma lama? Dan kalau kita tarik mundur, apa yang menyebabkan Maddy mengutus Liam ke sana? Jawabannya ada jauh di masa depan. Masa di mana manusia memutuskan untuk melarikan diri dari kesalahan yang mereka buat sendiri terhadap bumi.


Kita telah membuat kekacauan ... dan apa yang kita lakukan? Melarikan diri darinya.

Dia punya perasaan bahwa apa yang mereka lakukan hanyalah mengulangi peradaban sehingga mereka bisa melakukan kesalahan yang sama sekali lagi. Dan lagi.

Dan lagi.

(Gates of Rome, hlm. 68)


At last, saya merasa sayang sekali saat selesai membaca buku ini, sayang karena harus keluar dari dunia para penjelajah waktu. Sayang karena untuk membaca petualangan mereka lagi, perlu menunggu entah kapan buku keenamnya nanti terbit. Semoga tidak lama.

Full rated untuk Gates of Rome. Siip banget deh pokoknya.

soeurcierelitteraire's review against another edition

Go to review page

4.0

Ma review : http://0z.fr/H95WN

psprigg__97's review

Go to review page

3.0

I just returned to this series I loved in middle school but never got to finish. Returning was somewhat disappointing. I couldn’t tell if this installment was less riveting or if I have just changed in taste so much since then. Half of the protagonists I care about but half of them I don’t. I want to keep reading so I find out what happens at the end of the macro-level story but the individual plot line of this book didn’t grip me that much and I’m worried that’ll be the same for the next two books as well.
More...