Reviews

Lucy Talk by Fiona Walker

madi_sey's review against another edition

Go to review page

4.0

I really enjoyed this. It was cute, simple, and fun. Very British, always enjoyable.

skhaley's review against another edition

Go to review page

2.0

Have never read a book and been less unsatisfied.

kingfan30's review against another edition

Go to review page

3.0

It reminded me a bit of Briget Jones but instead of diary format this is put together in the form of emails, phone messages, memos, letters and notes left on fridge. I felt this format should not work but it does, the story is quite easy to follow. Lucy is pretty scatty and naive and the story is predictable but is a fun read.

nodroz's review against another edition

Go to review page

5.0

I read this book every now and then when I need a good pick-me-up. This is my recipe:
1. This book
2. Bubble bath
3. Chocolate (lots of it)
4. Cup of tea
5. Candles

Enjoy!

gomamonshinka's review

Go to review page

1.0

Lucy Gordon, wanita karir yang bekerja sebagai Staf Pemasaran di sebuah perusahaan komputer yang besar di London, Widgetex, merupakan seorang wanita yang gemar menuliskan apa pun. Ia menulis catatan harian di Microsoft Word-nya, di brosur-brosur, pamflet-pamflet, struk, pokoknya kertas apapun. Ia rutin menuliskan keadaannya dan keluarganya di dalam surat yang dikirim untuk kakak lelakinya yang bekerja di New Zealand. Ia rutin—hampir tiap hari, malahan—mengirim email kepada sahabatnya Mo Lavender yang sedang asyik berkeliing ke negara-negara.

Lucy tinggal bersama kedua sahabatnya di sebuah rumah di Burr Cottage yang menyenangkan, Jane dan Bella. Jane merupakan instruktur mengemudi mobil dan sangat gemar berkuda, ia dikabarkan sedang jatuh cinta dengan teman berkudanya Horsy Tim. Dan Bella merupakan guru seni rupa yang memiliki pacar yang nyentrik, aneh, dan berisik. Dan tetangga mereka, Big Mike yang gendut, dokter hewan yang hobi merayu. Keluarga Lucy sendiri, terdiri dari anggota-anggota yang unik. Mereka tinggal di Roundhead Avenue, dan rutin mengadakan makan siang bersama keluarga pada Hari Minggu. Ibu Lucy, si jago masak, dan selalu terobsesi untuk mengikuti kompetisi Masterchef dan memiliki usaha restoran sendiri. Ayah Lucy gemar dengan alat-alat berkebun, dan selalu menghambur-hamburkan uangnya pada benda yang dianggapnya menarik. Dan Granny, yang masih suka mabuk dan berpacaran dengan lelaki-lelaki lajang seusianya, dan masih gemar clubbing. Lalu Alice, aktivis pecinta lingkungan yang berpacaran dengan sesama aktivis nyentrik.

Lalu Greg. Pacar Lucy, seorang pilot dengan jam terbang tinggi yang terang-terangan memanfaatkan kebaikan Lucy, tapi Lucy terlalu baik—atau terlalu cinta—sampai-sampai tidak melihat kondisinya sekarang. Selain itu, pekerjaan Greg yang menyebabkannya sering jauh dari Lucy memberikan peluang lebih besar untuk selingkuh dari Lucy. Atau mungkin Greg memang sudah melakukannya?
Lalu ada Dave Marks, si Ambisius Dave, yang selalu bersaing dengan Lucy untuk mendapatkan kenaikan posisi.

Mungkin, yang baca review ini bingung, kali ya, kenapa review ini begitu singkat dan isinya Cuma sekedar penokohan aja. Ya, karena sejujurnya, saya pun bingung harus mereview apa dari buku-buku ini. Satu-satunya hal yang jelas dari buku ini adalah penokohan dan karakter mereka. Oke, mungkin ada beberapa masalah, dan dari beberapa masalah tersebut nggak ada satu pun yang menjadi masalah utama. Koreksi, semuanya sebenarnya jadi masalah utama buat Lucy.

Yang bisa saya tangkap nih:

Satu, teman baik Lucy, Mo, ia merupakan orang yang rutin dikirimi email oleh Lucy setelah kakak cowoknya sendiri, dan Mo nggak pernah membalas email Lucy.

Dua, sahabat Lucy, Jane, naksir teman berkudanya tapi temannya sepertinya mengabaikan Jane, Lucy sedih dan ingin membantu.

Tiga, si Greg sepertinya selingkuh. Sebenarnya kalo dari yang saya baca, Greg ini emang nggak sayang dan nggak peduli sama Lucy, mungkin ada potongan-potongan ucapan Greg yang bilang kalo dia menyayangi Lucy, tapi buktinya kurang kuat aja.

Empat, seisi rumah Roundhead Avenue tiba-tiba cekcok.

Lima, Jane berhasil merayu orang tua Lucy buat beli kuda yang ternyata harganya melebihi harga mobil BMW. Yang notabene, ternyata diidam-idamkan oleh Jane, bukan Lucy.

Enam, kuda barunya ternyata nggak menyukai Lucy.

Tujuh, posisi yang diincar oleh Lucy dan Dave ternyata malah beralih ke tangan orang lain. Yang ternyata mendapatkan pekerjaan tersebut karena posisi itu dipasang di korang lowongan kerja.
Dan seabrek masalah Lucy yang lain.

Okay, jadi angsung ke penilaian pribadi aja, nih. Sama seperti dua buku yang sebelumnya saya baca—tepat sebelum baca buku ini, buku ini berisi tentang potongan-potongan kehidupan sehari-hari Lucy Gordon yang tertulis di berbagai kertas, surat dan email.

Tapi, nggak seperti dua novel tersebut, membaca novel ini bikin saya jenuh dan selalu menguap. Jujur saja, saya benar-benar ingin mengetahui ending cerita ini, saking jenuhnya. Sempat kepikir juga buat menghentikan baca saat masih ada di bab awal. Catatan-catatan harian Lucy memang detail, tapi jujur saja, ke-detail-an itu lah yang malah bikin saya jenuh. Kayaknya terlalu banyak informasi buat catatan harian ini. Lagipula, di dalam buku ini, saya nggak menemukan satu pokok masalah. Yang ada malah masalah Lucy yang seabrek dan nggak selesai-selesai. Kesannya seperti, masalah yang ini belum selesai, Lucy harus kedatangan masalah yang lebih baru lagi.

Selain itu, percakapan yang ada benar-benar pelit. Ada sih, tapi kalo aku bilang, kurang banget. Jadi itu satu lagi poin yang bikin poin. Selain itu ada beberapa catatan yang kayaknya nggak penting dan nggak-masalah-kok-kalo-nggak dicantumin. Maksudku, resep memasak ibu Lucy? Buat apa, gitu loh? Dan catatan nilai Bella, kalau cuma buat nunjukin mereka benar-benar sahabat yang dekat dan mereka punya acara rutin berkumpul di suatu bar, okay memang menunjukkan sekali kalo mereka ini sahabat dekat. Tapi lalu, saya membaca tugas-tugas yang diberikan yang berada di akhir catatan penilaian. Oh God, why? Buat apa?

Sebenarnya masalah utamanya, ya cuma satu, nggak ada masalah utama. Dan malah ada banyak sekali masalah-masalah kecil yang terkesan nggak bisa diselesaikan.
More...